Hari ini, Sabtu 29 Maret 2025 menjadi momen spesial sekaligus melelahkan bagi saya, istri, dan anak. Sejak pagi, Karsa Utama Mall di Gorontalo sudah dipenuhi pengunjung dari berbagai daerah, termasuk dari Sulawesi Utara. Kami termasuk salah satu keluarga yang sengaja datang lebih awal, berharap segera mendapatkan barang incaran untuk merayakan hari raya Idul Fitri.
Menemani istri dan anak belanja ternyata bukan perkara gampang. Saya jadi paham betul kenapa para suami yang lain juga terlihat seperti bodyguard yang harus menjaga jarak dekat sambil mengawasi barang belanjaan yang makin bertambah banyak. Lucunya, beberapa bapak-bapak lain sudah menyerah dan memilih duduk di pinggir tangga eskalator sambil memainkan ponsel karena kelelahan.
Sementara itu, ibu-ibu, termasuk istri saya, seolah memiliki energi tambahan. Semakin lama berbelanja, mereka justru semakin semangat menjelajahi setiap sudut toko di dalam mall ini. Bahkan suara pengeras suara dari ruang informasi mall terus-terusan mengumumkan: “Suami Anda menunggu di ruang informasi lantai bawah.” Saya hanya tersenyum geli mendengarnya. Ternyata, banyak pasangan yang terpisah saat sibuk berbelanja.
Beruntungnya, Karsa Utama Mall Gorontalo tahun ini menyediakan ruang gerak yang cukup luas. Tidak ada lagi desak-desakan seperti tahun sebelumnya. Alhamdulillah, kebutuhan istri dan anak saya terpenuhi dengan baik di sini.
Namun, ada satu tantangan sebelum kami masuk mall, yaitu urusan parkir. Kami sempat berputar-putar cukup lama karena area parkir penuh. Kami baru bisa parkir setelah melihat satu mobil keluar. Meski melelahkan, momen seperti ini justru jadi cerita unik yang kami kenang setiap tahunnya.
Bagi keluarga kami, kue-kue di lantai dasar mall ini adalah menu wajib setiap menjelang Idul Fitri. Sejak kami menikah sepuluh tahun lalu, dari saat kami masih berdua hingga sekarang telah memiliki anak, tradisi berbelanja di Karsa Utama Mall tetap kami pertahankan.
Keluar dari mall, kami langsung disambut oleh kemacetan khas pasar senggol yang tak pernah absen setiap tahun. Walaupun panas terik begitu menyengat, kami tetap menikmati suasana ini sebagai bagian dari nuansa Ramadan yang khas di Kota Gorontalo.
Setiap kali datang ke Gorontalo, kota ini selalu meninggalkan kenangan manis yang tak terlupakan, membuat kami selalu ingin kembali lagi.
