Di tengah arus deras modernisasi dan perkembangan teknologi, tradisi Monunjulo Lambu atau penyalaan lampu botol yang dikenal sebagai Lambu Pondo dalam bahasa Kaidipang, mulai kehilangan sinarnya. Tradisi khas yang dulunya selalu hadir menghiasi malam-malam terakhir bulan suci Ramadhan ini, kini mulai tergantikan oleh lampu hias modern yang dinilai lebih praktis dan efisien.
Lambu Pondo: Simbol Kehangatan dan Kebersamaan Masyarakat Boroko
Pada era 90-an, Lambu Pondo bukan sekadar alat penerang, melainkan juga menjadi ikon kebudayaan lokal yang menghidupkan suasana akhir Ramadhan. Setiap rumah di Boroko akan menyusun botol-botol kaca berisi minyak dan sumbu, lalu menyalakannya bersamaan saat malam tiba. Sinar temaram dari lampu botol tradisional ini menghadirkan nuansa hangat dan mempererat kebersamaan antarwarga.
Sayangnya, kini lampu botol tradisional semakin sulit dijumpai. Di beberapa desa, tradisi ini bahkan telah hilang sepenuhnya, tergantikan oleh lampu LED berwarna-warni yang lebih mudah dioperasikan dan hemat energi.
Apakah Monunjulo Lambu Akan Menjadi Sekadar Kenangan?
Pertanyaan besar pun muncul: Akankah Monunjulo Lambu benar-benar lenyap di masa depan? Dalam dunia yang serba digital dan instan, warisan budaya seperti ini memang rentan tergerus. Padahal, Monunjulo Lambu adalah bagian penting dari identitas budaya Boroko, yang menyimpan nilai historis, sosial, dan spiritual.
Jika generasi muda tidak dikenalkan sejak dini, bukan tidak mungkin dalam waktu dekat, tradisi ini hanya tinggal dalam cerita orang tua atau menjadi dokumentasi digital tanpa praktik nyata.
Pelestarian Tradisi: Dari Edukasi hingga Aksi Nyata di Lapangan
Masyarakat Boroko dan para pemerhati budaya lokal kini dihadapkan pada tugas besar: melestarikan tradisi Monunjulo Lambu sebelum benar-benar punah. Pelestarian bisa dilakukan melalui berbagai cara:
- Edukasi budaya di sekolah dan komunitas
- Festival Ramadhan bertema tradisi lokal
- Lomba kreatifitas menghias Lambu Pondo
- Kampanye digital tentang pentingnya warisan budaya
Lebih dari sekadar nostalgia, menghidupkan kembali lampu botol di akhir Ramadhan berarti menanamkan nilai gotong royong, kebersamaan, dan cinta terhadap budaya leluhur.
Harapan untuk Masa Depan: Cahaya Lambu Pondo Tetap Menyinari Boroko
Sebagai bagian dari warisan budaya nonbendawi, tradisi Monunjulo Lambu patut dijaga dan dilestarikan. Jangan sampai generasi mendatang hanya mengenal Lambu Pondo dari cerita atau foto lama. Cahaya temaramnya yang khas, maknanya yang dalam, serta semangat kolektif yang dihadirkannya, menjadi identitas unik masyarakat Boroko yang tak tergantikan oleh gemerlapnya lampu modern.