Minal Aidin Walfaidzin, Mohon Maaf Lahir & Bathin

Media Network
Digit

Fenomena Vibe Coding: Benarkah Pemula Bisa Buat Website Hanya dengan Bahasa Sehari-Hari?

Sebuah istilah baru tengah mengguncang dunia teknologi: vibe coding. Dikenalkan pertama kali oleh Andrej Karpathy, salah satu pendiri OpenAI dan mantan teknisi Tesla, istilah ini menggambarkan tren pemrograman generatif dengan cara yang lebih santai, intuitif, dan berbasis bahasa alami.

Dalam sebuah unggahan di X (sebelumnya Twitter), Karpathy berkata, “Saya sedang membuat aplikasi atau proyek web, tapi tidak terasa seperti sedang ngoding. Saya hanya melihat sesuatu, mengatakan sesuatu, menjalankannya, dan menyalin-tempel. Hasilnya, sebagian besar berhasil.”

Konsep ini memanfaatkan AI generatif seperti ChatGPT, Claude, hingga Gemini Canvas yang mampu menghasilkan kode program hanya dari instruksi biasa dalam bahasa sehari-hari.

Apa Itu Vibe Coding dan Kenapa Jadi Viral?

Vibe coding mengusung filosofi pemrograman tanpa stres—cukup berikan ide dan instruksi, maka AI akan mengubahnya menjadi kode yang bisa dijalankan. Tak perlu jadi programmer, cukup tahu apa yang ingin dibuat dan minta AI mengerjakannya.

Fenomena ini semakin populer setelah kolumnis New York Times, Kevin Roose, mengaku bisa membuat website dan aplikasi tanpa pengetahuan coding. Dalam artikelnya, ia menulis, “Punya ide dan sedikit kesabaran biasanya sudah cukup.”

Dengan bantuan AI, siapa pun kini bisa mencoba membangun situs atau aplikasi dengan lebih cepat dan efisien.

Teknologi AI Generatif yang Mendukung Vibe Coding

Beberapa platform AI yang mendukung vibe coding antara lain:

  • ChatGPT dari OpenAI
  • Claude dari Anthropic
  • Gemini Canvas dari Google
  • Cursor, Replit, Loveable, Bolt, dan Windsurf

Semua platform tersebut mampu menulis kode baris demi baris sesuai perintah pengguna, menjadikannya alat revolusioner untuk pengembangan aplikasi tanpa harus memahami bahasa pemrograman secara mendalam.

Revolusi Cara Kerja Developer atau Sekadar Gimmick?

Banyak pengamat menyebut fenomena ini sebagai perubahan besar dalam dunia software. Mattheo Cellini, pakar pemasaran digital, mengatakan, “Mungkin saja kita sedang menyaksikan perubahan mendasar tentang siapa yang bisa menciptakan perangkat lunak.”

Namun, Yangfeng Ji, profesor ilmu komputer dari University of Virginia, menambahkan, “Ini tidak membuat coding menjadi tidak relevan, tapi bisa mengubah cara para developer bekerja.”

Perubahan ini juga berpotensi menyebabkan pengurangan pekerjaan, terutama untuk posisi yang hanya fokus pada tugas pemrograman sederhana.

Tidak Semudah Itu, Ferguso: Tantangan untuk Pengguna Awam

Meski terdengar mudah, kenyataannya tidak semua orang bisa langsung ‘vibe’ dengan coding. Banyak pemula justru kebingungan saat mencoba membuat aplikasi menggunakan AI tanpa dasar teknis.

Menurut Nikola Banovic, profesor ilmu komputer dari University of Michigan, “Orang tanpa keahlian coding sering kesulitan mengevaluasi hasil AI karena tidak tahu apakah output-nya benar atau salah.”

Masalah teknis seperti struktur direktori, runtime environment, atau API tetap jadi tantangan. Tanpa pemahaman dasar, aplikasi yang dibuat berpotensi tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Pentingnya Memahami Prompt dan Literasi AI

Contoh menarik datang dari Claude Rubinson, profesor sosiologi dari University of Houston-Downtown. Dua tahun lalu, ia mencoba membuat aplikasi untuk mahasiswa dengan bantuan ChatGPT—tanpa menyentuh kodenya.

Namun setelah banyak trial dan error, Rubinson mengakui, “Aplikasi itu tidak akan berhasil kalau saya tidak memahami kodenya.” Pemahamannya terhadap sintaks dan struktur kode membantu ia memberi prompt yang efektif ke AI.

Banovic menegaskan, “Programmer memiliki literasi AI yang memungkinkan mereka mendapatkan hasil yang diinginkan. Tapi pengguna awam belum tentu tahu cara menyusun prompt dengan tepat.”

Masa Depan Coding Ada di Ujung Jari—Tapi Tetap Butuh Nalar

Vibe coding membuka peluang baru bagi banyak orang untuk masuk ke dunia teknologi tanpa harus jadi programmer. Namun, untuk benar-benar membuat aplikasi yang fungsional dan kompleks, pemahaman dasar tentang coding dan literasi AI tetap sangat dibutuhkan.

Tren ini menjanjikan aksesibilitas, efisiensi, dan kolaborasi kreatif antara manusia dan mesin. Tapi di balik kemudahannya, ada tantangan yang tidak boleh diabaikan.

Content Curator

Dari Lensa Jurnalisme, Menjadi Suara Publik

Berita terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button