Harga Emas Tembus Rekor $3.000 per Ons, Dipicu Ketidakpastian Global dan Tarif Trump

Harga Emas Mencetak Rekor Baru, Investor Berburu Aset Safe-Haven

Harga emas melonjak ke level tertinggi dalam sejarah, mencapai $3.000 per ons pada Jumat. Lonjakan ini didorong oleh meningkatnya permintaan aset safe-haven di tengah ketidakpastian global yang terus membayangi. Investor semakin waspada terhadap kebijakan tarif Presiden Donald Trump serta ketegangan geopolitik yang memanas.

Sempat menyentuh harga puncak di $3.005, emas kemudian mengalami sedikit koreksi ke $2.994 pada pukul 09.04 pagi waktu ET. Meski demikian, kenaikan ini tetap menandai momen penting dalam sejarah perdagangan emas.

Faktor Pendorong Lonjakan Harga Emas

Menurut Jason Hollands, Managing Director di Evelyn Partners, emas saat ini menjadi “aset pilihan di saat panik.” Ia menilai kenaikan harga emas mencerminkan ketidakpastian ekstrem dalam sistem perdagangan global akibat kebijakan tarif yang agresif dari pemerintahan Trump serta respons balik dari negara-negara mitra dagang.

Ketidakpastian ekonomi semakin meningkat setelah AS resmi menerapkan tarif 25% pada semua impor baja dan aluminium pada Rabu. Kebijakan ini langsung memicu langkah balasan dari Kanada dan Uni Eropa, memperburuk kondisi perdagangan internasional.

Tak berhenti di situ, pada Kamis, Trump kembali memperbesar ketegangan dengan mengancam tarif 200% terhadap minuman beralkohol dari Uni Eropa. Langkah ini sebagai respons atas tarif 50% yang sebelumnya diberlakukan Uni Eropa pada minuman keras AS sehari sebelumnya.

Kebijakan Tarif Trump Memicu Kepanikan di Pasar

Strategi perdagangan Trump yang kerap berubah-ubah semakin memperparah ketidakpastian di kalangan pelaku bisnis. Banyak perusahaan menjadi ragu untuk melakukan investasi maupun merekrut tenaga kerja karena ketidakjelasan kebijakan yang diterapkan.

Akibatnya, para investor mulai mencari perlindungan pada aset safe-haven seperti emas, yang dianggap lebih stabil di tengah gejolak ekonomi global.

Konflik Ukraina dan Dampaknya Terhadap Harga Emas

Selain kebijakan tarif AS, perang di Ukraina juga menjadi faktor utama yang mendukung kenaikan harga emas. Viktoria Kuszak, analis riset di Sucden Financial, menyatakan bahwa Rusia baru-baru ini menolak proposal gencatan senjata 30 hari yang diusulkan oleh AS. Hal ini semakin meningkatkan ketidakstabilan geopolitik global.

Pada Kamis, Presiden Rusia Vladimir Putin mengajukan syarat berat sebagai respons atas usulan tersebut, meskipun secara teori ia menyatakan mendukung gencatan senjata. Ketidakpastian di medan perang semakin mendorong investor untuk mengalihkan dana mereka ke aset yang lebih aman, seperti emas.

Bank Sentral Dunia Menambah Cadangan Emas

Dalam jangka panjang, perang yang berkepanjangan juga telah menopang harga emas. Trevor Greetham, investor senior di Royal London Asset Management, mencatat bahwa sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, harga emas telah melonjak sekitar 60%.

“Bank sentral di berbagai negara, termasuk Bank Rakyat China, telah meningkatkan cadangan emas mereka. Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko pembekuan aset asing, seperti yang dialami Rusia,” ungkapnya.

Pelemahan Dolar AS Menambah Daya Tarik Emas

Faktor lain yang turut mendukung kenaikan harga emas adalah pelemahan dolar AS dalam beberapa waktu terakhir. Jason Hollands dari Evelyn Partners menjelaskan bahwa emas yang dihargai dalam dolar menjadi lebih menarik bagi pembeli global saat nilai dolar melemah.

Dengan kombinasi ketidakpastian perdagangan, konflik geopolitik, dan melemahnya dolar AS, emas semakin mengukuhkan posisinya sebagai aset lindung nilai utama bagi para investor. Lonjakan harga emas ini diperkirakan akan terus berlanjut selama ketidakpastian ekonomi global masih berlangsung.

Exit mobile version